Mushola itu dulunya hanyalah sebuah bangunan kecil yang kurang terawat. Kini mushola yang sering dihiraukan oleh masyarakat Cengkareng Barat Jakarta Barat itu sudah menjadi salah satu masjid terbesar dan masjid utama disana.
Besarnya masjid tersebut tidak lain karena perjuangan dari seorang bapak 4 orang anak, yang berjuang merubah paradigma berpikir masyarakat disana menjadi masyarakat yang agamis, dialah Jamal.
Sebelum kedatangan Jamal, daerah itu adalah tempat perjudian, perjudian marak dilakukan dirumah-rumah dan sekitarnya, Jamal hanyalah seorang pendatang yang merasa tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu agar masyarakat yang mayoritas Islam itu menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan tidak disukai Allah. Awalnya dia hanya mengurus mushola yang ada didekat kontrakan yang dia tempati dan mengajak anak-anak untuk mengaji bersama.
Tenyata langkah kecil yang dia ambil berefek besar, perlahan-lahan masyarakat yang tidak menerima ajakanyna mulai menunjukan peruahan-perubahan. Seperti juga dirinya yang berubah, awalna dia hidup sendiri akhinya dia mendapatkan jodohnya ditempat itu.
Tak terasa pejuangannya pun kini membuahkan hasil diluar ekspektasina, masyarakat kini lebih religius, bahkan masjid yang kini berdiri menjadi pusat kegiatan, meski membutuhkan waktu yang panjang namun atas rahmat Allah kini mereka sudah meninggalkan dunia hitam itu.
“dulunya kontrakan yang saya tempati ini adalah tempat judi.’ Ungkap Jamal kepada Agus Muhammad Yusuf, pengurus Rumah Yatim Arrohman Indonesia area Jakata.
Selain itu, kini Jamal pun tak sendiri ada Inayah, Rusnani, Een Suherni yang membantunya mengajar, juga ada Tatang Mustari, seorang marbot yang membantunya mengurus masjid. Tidak seperti belasan tahun kebelakang semuanya dia kerjakan sendiri. Disela-sela kegiatannya mencari nafkah sebagai penjual perabotan rumah tangga , Jamal selalu menempatkan diri untuk terjun dan mencurahkan seluruh kemampuannya.
Meski setiap tetesan keringat dan juga buah pikirannya tak pernah diganjar sepeserpun. Namun dia selalu ikhlas dan hal itupun yang selalu dia tanamkan kepada pengajar lainnya.
Untuk itu Rumah Yatim pun berkunjung menemui Jamal, memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas semua jerih payahnya mempejuangkan islam hingga masyarakat yang tadinya berada dalam kegelapan kini ada didalam naungan cahaya.
Dengan memberikan santunan da’i kepadanya dan juga kepada Inayah, Rusnani, Een Suherni yang membantunya mengajar di masjid, juga kepada Tatang Mustari.
“santunan tersebut, adalah bantuan tunai untuk para da’i yang telah berjuang untuk Islam.” Papar Agus
0 komentar:
Posting Komentar