Siapa sih manusia yang tidak
mengalami ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan
bisnis, ujian naik turun itu menjadi suatu hal yang berulang terjadinya.
Ketahuilah setiap hamba Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan
maupun kesukacitaan , tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah. Ujian
dan cobaan kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik
amalnya.
Justru menurut hadist di atas, dan itu adalah sunnah Allah,
dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam menghadapi ujian kehidupan,
dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan oleh Allah, justru salah satu
solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan hamba yang lain.
konsep ini sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan, apalagi ilmu matematis.
tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah.
inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan
perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata
yang pernah diabadikan dalam kisah sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan
dipersaudarakan Saad bin Rabi ra dari Madinah.
Berkatalah Saad kepada
Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya.
Silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua isteri,
pilihlah salah satu yang menurut anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia
supaya anda bisa memperisterinya.
Jawab Abdurrahman bin Auf,
“Semoga Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan
menuju pasar.”
Kemudian abdurrahman menuju
pasar, membeli, berdagang dan mendapat untung besar, ketahuilah Allah terlibat!
Allah berkahi saling tolong menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan
saudaranya.
Pada suatu hari ia mendengar
Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda termasuk golongan orang kaya, dan anda
akan masuk surga secara perlahan lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah,
pasti Allah mempermudah jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah
Saw tersebut, ia mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran
padanya dengan berlipatganda.
Ibnu Auf adalah seorang
pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan
oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia
mengumpulkannya dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak
menikmati sendirian, keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut
menikmatinya. Karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang
madinah pernah berkata: “seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha)
dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada
mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan
sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka.”
Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan
keberkahan, Allah bukakan peluang menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah yang
tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin, berawal dari sikap
tolong-menolong (ta’awun) sesama muslimin, bermula dari saling memecahkan
masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah hukum Allah,
inilah sunnatullah.
Sumber : eramuslim.com
#Islam
0 komentar:
Posting Komentar