Kisah Kakek Arwani Berjuang dalam Keterbatasan
Kakek Arwani, seorang pria tua yang hidup di tanah sewaan seharga Rp 600.000/tahun di Kampung Sinar Labah, RT 06 Lk 02 Desa Sumur Putri, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung.
Di tanah itu dia mendirikan tempat berteduh dari panas dan hujan, dinding-dindingnya terbuat dari sisa-sisa kayu keranjang buah, dan spanduk sebagai atap dan sekat ruangan. Ada 3 Ruangan di rumahnya, ruang tidur 1, ruang tamu dan ruang dapur, semuanya hanya dibatasi spanduk yang sudah terbuang di jalanan.
Meski dalam keterbatasan namun Kakek Arwani, merasa dirinya tidak terbatas. Dia selalu bijak menjalankan kehidupan, seluruh hidupnya dia abdikan untuk Tuhan, keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
Sehari-harinya dia menjadi seorang pemulung, kesana kemari mencari barang-barang bekas yang kadang tercecer di jalanan karena tidak disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah.
Penghasilan Arwani tak seberapa, namun dia selalu mensyukurinya, karena baginya harta adalah titipan dari sang maha kuasa. Kerja kerasnya hanya cukup untuk makan dan ke-3 buah hatinya.
Namun tak pernah cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya yang hanya lulus SMP.
Seringkali Arwani melewati Rumah Yatim Tanjung Karang Lampung, untuk memungut beberapa gelas plastik atau semacamnya. Dari situlah perkenalan Welly dari Rumah Yatim dengan Kakek Arwani.
Dengan seringnya pertemuan, Welly pun akhirnya bersilaturahmi ke rumahnya yang tidak layak huni. Namun kakek Arwani selalu mensyukuri apa yang dia miliki.
Pertemuan dengan keluarga beliau membuat Welly pun ingin memberikan perhatian lebih dengan memberikan santunan biaya hidup, agar sedikitnya keluarganya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Saya ingin bukan hanya saya saja yang mendapat bantuan tapi warga di sekitar saya pun turut merasakannya,” paparnya.
0 komentar:
Posting Komentar