Ramadhan akhirnya datang. Semaraknya dirasakan di berbagai tempat. Bagi kaum muslimin Ramadhan adalah satu agenda yang dinanti dengan suka cita. Termasuk agenda shalat tarawih yang hanya khusus dihadirkan di bulan ini. Tak heran jika ummat Islam berbondong-bondong bersama anggota keluarga lainnya menuju mesjid selepas magrib untuk melaksanakan sholat Isya dan Tarawih berjamaah.
Keramaian mesjid di bulan Ramadhan tak lepas dari keberadaan anak-anak. Ya, di bulan Ramadhan mesjid tampak ramai dengan anak-anak yang biasanya mendapatkan tugas dari sekolah untuk mencatat ceramah di mesjid. Ada pula yang diberikan agenda ibadah Ramadhan sehingga membuat mereka beramai-ramai ke mesjid untuk memenuhi agenda itu. Meski sebagian kadang sengaja ke mesjid untuk bermain dengan teman-temannya atau sekedar jajan.
Tak ada yang salah memang bahkan Ramadhan menjadi kenangan sendiri bagi mereka. Ketika ramai-ramai di mesjid, mencatat bersama, jajan di depan mesjid, atau sholat dengan teman-teman yang satu dua kadang usil saat sholat sedang berlangsung.
Namun, terkadang mereka membuat keributan. Entah berteriak, saling bercerita, berlarian dan bermain di dalam atau luar mesjid yang seringkali membuat pengurus mesjid geram. Alhasil, tak jarang di tengah-tengah kekhusyukan itu ada saja pengurus yang mendatangi mereka dan memarahi sampai ada yang mengusir.
Lantas, apakah Rasul mensyariatkan hal ini? Justru sebaliknya Rasul mengajarkan ummatnya untuk mencintai anak-anak dan bahkan menyuruh untuk mendidik mereka mencintai Islam dan syariatnya. Dan sholat di mesjid adalah salah satu syariat yang mesti diajarkan pada anak-anak sejak dini.
Telah banyak hadits yang menjelaskan bagaimana Rasul dulu membawa cucu-cucunya ke mesjid. Mereka bahkan naik ke punggung Rasul ketika ia sedang mengimami sholat. Apakah setelahnya Rasul melarang mereka ke mesjid? Atau memarahi dan mengusir mereka? Atau menaruh mereka di bagian paling belakang shaf agar tidak menganggu lagi? Tidak satupun dari hal tersebut yang dilakukan Rasul.
Maha Suci Allah yang menjadikan ujian kesabaran ada pada anak-anak. Meski demikian, mengusir anak-anak dan memarahi mereka bukanlah perkara yang disyariatkan. Malahan nantinya mereka akan benci dengan mesjid dan merasa mesjid bukan tempat yang menyenangkan sehingga ditakutkan ketika mereka dewasa kenangan buruk itu menempel dan mereka lebih suka di tempat lain yang lebih bemudorat.
Tentu kita tak ingin hal demikian terjadi pada anak-anak penerus peradaban Islam ini. Maka di bulan Ramadhan kali ini, semestinya para pengurus mesjid mencari cara-cara yang lebih bijak untuk membuat anak-anak tenang saat di mesjid. Bisa dengan menyediakan satu korner di mesjid yang dilengkapi buku-buku Islami bergambar dan mainan-mainan sederhana misalnya. Cara ini layak dicoba agar anak-anak merasakan mesjid sebagai sahabat mereka.
Soal kekhusyukan kita bisa belajar banyak dari Mesjidil Haram. Bagaimana ramai dan sesaknya orang berlalu lalang di sana setiap saat. Meski demikian, kekhusyukan tetap dirasakan. Bahkan kadang bukan karena anak-anak yang ribut ini kekhusyukan hilang, malah karena pengurus mesjid yang sibuk bolak-balik memarahi.
Jangan jauhkan anak-anak dari mesjid. Biarkanlah mesjid menjadi satu dari sekian kenangan terbaik mereka hingga kelak dewasa mereka menjadi “Para pemuda yang selalu terpaut hatinya pada mesjid”.
Referensi: Hidayatullah.com, nahimunkar.com
Referensi: Hidayatullah.com, nahimunkar.com
0 komentar:
Posting Komentar