Kreatifitas tanpa batas, demikian Nenden, Staff Pendidikan dan Kesehatan Rumah Yatim Kiaracondong Bandung, memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk berkreasi memenuhi tugas mata pelajaran Seni budaya dan keterampilan disekolah mereka di SMA Elfitra.
Ada 13 anak asuh yang bersekolah di SMA Elfitra kelas 3 yang menjadi anak asuhnya. Ke 13 tersebut rencananya akan menjalani ujian nasional dan tugas SBK adalah salah satunya matapelajaran yang ada ujian prakteknya. Maka agar hasil mereka bagus Nenden pun hanya mampu memperhatikan dan memberikan fasilitas yang mereka butuhkan.
“mereka berbeda sekali dengan anak-anak SMP yang selalu saya dampingi terus, alhamdulillah mereka sudah pada mandiri, jadi saya tak memberikan saran sama sekali ke mereka untuk karya mereka.” Ujarnya, sembari mengenang saat dia harus mengajarkan anak asuh SMP di asrama Cemara Bandung.
Meski tanpa saran sama sekali darinya, anak-anak mampu memberikan karya yang luar biasa menurutnya. Dari ke 13 anak yang mengerjakan di asrama, sebagian mengerjakannya di rumah temannya karena berbeda kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-3 anak dan diasrama sendiri ada 5 kelompok, tiga kelompok membuat kreasi makanan dan dua kelompok lainnya membuat prakarya.
Bagi kelompok yang membuat makanan, mereka membuat berbagai jenis olahan kreatif dan inovatif , diantaranya ada yang membuat puding ubi anti gagal, karena menurut Nenden uji cobanya baru sekali dan itu hasilnya langsung enak.
Ada yang membuat seblak sehah karedok, hal yang sama pun terjadi meski ini termasuk makanan inovasi namun anak-anak melakukannya dengan sempurna, seblaknya sangat enak. Juga nugget tahu, meski keterbatasan modal, namun anak-anak berhasil membuat nugget tahu yang enak juga.
2 kelompok lainnya membuat prakarya dari berbagai bahan daur ulang dan bernilai ekonomis, yang satu membuat miniatur taman SMA Elfitra, yang imut namun begitu asri, menurut Nenden mereka benar-benar menuangkan impian mereka untuk memiliki taman disekolah yang penuh dengan bunga dan pepohonan, satulagi adalah taman emoticon, ini hal yang unik dan berbeda.
“melihat kreasi mereka, saya bangga karena untuk mempersiapkannya mereka hanya menggunakan waktu istirahat mereka yang tidak banyak.” Paparnya.
Setelah mereka siap dengan karya mereka, mereka pun lantas membawanya ke sekolah dan memamerkannya di kelas mereka dengan bangga. “kini tinggal menunggu hasil, siapa yang memiliki nilai yang terbaik, namun siapapun yang terbaik, mereka sudah memberikan yang terbaik yang mereka bisa.” Papar Nenden.
0 komentar:
Posting Komentar