Infrastruktur yang hancur tersebut mulai dari rumah-rumah warga, fasilitas publik, seperti sekolah, kampus, gedung perkantoran, dan rumah ibadah. Sehingga kegiatan dan aktivitas masyarakat langsung lumpuh, bahkan terhenti. Dengan kondisi kritis seperti ini, tentu kegiatan perekonomian, mobilitas warga keseharian, sampai aktivitas pendidikan pun mati.
Setelah berangsur-angsur melakukan penyaluran bantuan bahan kebutuhan pokok, pangan, sandang, dan obat-obatan di masa-masa darurat gempa, Rumah Yatim kembali menunjukkan kepeduliannya. Seperti yang diungkapkan Koordinator CSR Rumah Yatim Aceh Dewi Sulistiyowati sebelumnya, Rumah Yatim berencana melanjutkan bentuk kepeduliannya dengan bantuan penunjang pembangunan infrastruktur.
Karena kondisi yang belum stabil dan minimnya tempat layak, maka beberapa aktivitas baru dilakukan di tenda-tenda darurat pengungsian. Salah satunya yang tampak kegiatan anak-anak dan warga di pengungsian, belajar, membaca, mengaji, beribadah, dan bermain.
Sebagai bagian penting dalam budaya masyarakat Aceh kehadiran Meunasah (istilah Aceh, masjid) dan dayah (istilah Aceh, madrasah/sekolah) akan membawa pengaruh peradaban masyarakatnya di masa depan.
Berdasarkan berita yang dilansir media setempat, Serambinews/tribunnews, Rumah Yatim meneruskan bantuannya untuk program renovasi balai pengajian di Desa Meue, Meureudu, Tringgadeng, Pidie Jaya. Kemudian bantuan langsung berupa uang tunai, juga bantuan kebutuhan kebersihan pribadi yang sebelumnya sudah disalurkan di beberapa titik gempa.
Kepala Cabang Aceh Maman Suryaman bersinergi dengan relawan Ukhuwah Al Fatah Rescue (UAR) dalam program renovasi meunasah dan dayah. Dan keduanya sudah menjalin kerjasama sejak hari pertama kejadian gempa.
Dikutip dari media yang sama, Maman menyatakan perbaikan rehabilitasi meunasah masih dalam proses. Kegiatan pun dibuat bergantian, malam untuk pengajian bapak-bapak, siangnya pengajian ibu-ibu dan taman pendidikan Al Quran dan anak-anak. Pihaknya pun masih meninjau beberapa meunasah di beberapa wilayah lainnya yang membutuhkan bantuan, berikut bantuan bagi TPA dan TPQ.
Di tempat terpisah, Dewi menerangkan, total jumlah bantuan ditaksir mencapai Rp 160 juta untuk menunjang perbaikan fasilitas public tersebut. Bantuan ini disalurkan secara bertahap berdasar alokasi kebutuhannya masing-masing.
“Ada 2 tahap untuk membantu meunasah dan dayah, dari 3 program yang ada, selain perbaikan fasilitas public untuk ibadah dan pendidikan, berikutnya kami berencana memfokuskan dalam pemulihan psikologis anak-anak dari trauma atau trauma healing, kami akan bantu untuk memfasilitasi kegiatan tersebut,” pungkas Dewi.
Bagi Rumah Yatim Aceh, kepedulian ini harus diwujudkan dalam aksi nyata yang menyeluruh. Memulihkan mulai dari setiap jasmani dan rohani para korban, infrastruktur, kebutuhan harian, dan lainnya. Tekad selalu bahu membahu akan meringankan beban mereka dalam menyongsong hari esok yang bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar