Kepercayaan Diri Mengantarkan Sinta Juara Lomba Pidato
Aktif, ceria, punya percaya diri yang tinggi itulah Sinta Nuriah, anak asuh dari Asrama Rumah Yatim Duren Sawit, Jakarta Timur. Siswi kelas 7 SMP BPS&K Pondok Kepala, Jakarta Timur ini merupakan anak asuh di bawah asuhan Kepala Asrama Duren Sawit Yana. Sinta belum lama ini menerima penghargaan sebagai Juara 2 Lomba Pidato Putri dalam Acara Pentas Pendidikan Agama Islam (PAI) oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI Duren Sawit di sekolahnya.
Gadis cilik yang beranjak remaja ini lahir di Bogor, 12 Mei 2004 sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Kedua orangtuanya telah tiada sejak Sinta di usia yang sangat kecil. Ayahnya meninggal pada usianya sekitar 2-3 tahun, yang tentu ingatannya tentang sosok ayah masih begitu samar. Ketika SD kelas 4, ia harus kembali berduka karena kehilangan sang ibu yang sakit. Setelah itu, Sinta diasuh bersama bibinya, dan kemudian diangkat oleh tetangganya, seorang guru yang bernama Lilis.
Menurut Yana, Lilis ikut merawat dan mengasuh Sinta sekitar kelas 5 atau 6 SD kala itu. Sinta yang berasal dari Kampung Harapan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ini meneruskannya sambil mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Ahbabullah.
Tepat September 2016 Sinta resmi masuk ke Asrama Rumah Yatim Duren Sawit. Hingga sekarang sudah 4 bulan ia berada dalam naungan Rumah Yatim.
“Awalnya Pak Agus, (Agus Muhammad Yusuf) yang menjabat di Asrama Kemang pernah mengajar di pesantren tersebut, lalu ketika dipindahtugaskan ke area Jakarta ia membawa serta Sinta kesana. Asalnya, ada 5 orang siswanya,namun 2 orang tidak jadi ikut, dan sisanya termasuk Sinta bersama Agus,” ungkap Yana.
Terbilang masih baru dan diusianya yang masih muda, Yana memaklumi Sinta masih banyak beradaptasi dengan asrama barunya. Yang tentu berbeda dengan kehidupan di pesantren tempat tinggalnya dulu. Walau demikian, ditunjang kepercayaan dirinya itu, Sinta tergolong sebagai anak yang mudah akrab. Dibalik sifatnya yang ceria dan periang, mungkin tidak ada yang menyangka Sinta harus melalui kehidupan dengan penuh perjuangan.
Terkadang pada masa awal-awal kepindahannya ke asrama, Sinta masih sering menangis dan ingin pulang. Namun, suasana di asrama, dan bimbingan Yana bersama pengurus yang lain, sedikit demi sedikit lebih membuatnya tenang.
Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang diraihnya sejak bersama Rumah Yatim. Yana mengakui, dengan potensi yang dimilikinya Sinta seakan memang berada di tempat yang tepat. Sepanjang pengamatannya di asrama, ia menunjukkan totalitasnya dalam sesi muhadhoroh, dan antusias ketika mengisi kultum.
“Saya bersama istri yang membimbing selama berlatih di asrama, dengan berbagai tema atau topiik yang akan dibawakan,” katanya.
Gadis yang punya senyum manis ini tampak begitu menikmati dengan aktivitas yang melibatkan kepercayaan diri. Tak canggung berhadapan dengan oranglain, dan di depan panggung. Kelebihan-kelebihannya ini oleh Yana arahkan ke dalam kegiatan yang sesuai. Meski begitu, sama halnya dengan anak-anak sebayanya, Yana menegaskan, ia harus banyak bimbingan untuk mengoreksi kekurangannya.
Disamping melejitkan potensi dengan kelebihan-kelebihannya, Yana tetap membimbing dan mendukung agar Sinta meningkatkan kemampuan belajarnya di bidang akademis, juga segi ibadah dan keagamaan.
Tidak berbeda dengan di asrama, di sekolah Sinta juga terkenal aktif, dan periang. Ketika kepala sekolah mengumumkan hasil lomba, ia sama sekali tak menyangka dapat juara 2. Yana diberitahu oleh kepala sekolah kalau Sinta juara 2, kala itu ia sedang mengurus SPP Sinta.
Sebagai reward Sinta dibebaskan dari pembayaran SPP selama 2 bulan, Januari dan Februari. Tak lama Sinta mengabarkan padanya sambil membawa sertifikat tanda juara. Sedangkan, piala untuknya masih dalam proses penyerahan. Dan piala lainnya sudah terpajang bangga di sekolah.
Keluarganya pun ikut bangga manakala menerima kabar ini. Sinta yang masih mencapai cita-citanya ingin terus memberikan senyum bangga dari prestasi yang akan diraihnya di kemudian hari.
0 komentar:
Posting Komentar