Rumah Yatim Lampung yang diwakili oleh Asrama Rumah Yatim Tanjung Karang mulai kembali bersilaturahim dengan Ghisya dan keluarganya. Dari silaturahim ini pihak Rumah Yatim dapat terus memantau dan mengenal kondisi mereka sesungguhnya. Walau termasuk kunjungan kedua kalinya, namun pertama kalinya Rumah Yatim bertandang kesana dalam komitmennya peduli untuk Ghisya.
Kepala Asrama Tanjung Karang Welli mengatakan, silaturahim yang dilakukannya selain menjaga komunikasi dengan keluarganya juga membicarakan kelanjutan proses untuk membantu Ghisya. Ia menyampaikan beberapa persyaratan administrasi kesehatan dari dokter yang harus dilengkapi. Proses administrasi jadi salah satu syarat pencairan dana bantuan kesehatan.
Seperti yang telah diungkapkan Welli, Rumah Yatim memberikan santunan biaya hidup kepada Ghisya. Bantuan berupa uang tunai ini bentuk inisiatif Rumah Yatim dalam meringankan biaya kebutuhan sehari-harinya.
“Santunan biaya hidup telah disetujui pihak pusat dalam bentuk bantuan uang tunai. Selanjutnya, kami masih memproses mekanisme bantuan yang diberikan, bersamaan pengajuan biaya kesehatannya. Dan menunggu keputusan dari pihak manajemen cabang,” ungkap Welli.
Dari kunjungan ini terungkap pula, kondisi lain ibunya yang tragis di beberapa tahun lalu. Ia pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga keluarga non Muslim di Jakarta dan banyak mendapat tekanan. Mulai dari tekanan pekerjaan, kekerasan, hingga kesehatannya memburuk. Di samping menderita akibat stress, ia juga jarang sekali makan, karena keluarga tersebut memasak makanan yang diharamkan.
“Karena ibunya pernah mengalami trauma ini, yang sampai sekarang masih terasa sakit. Dan ini menjadi catatan kami agar lebih memahami kondisinya. Sedangkan kakaknya ternyata seorang hafidzah, pernah jadi guru bimbel, dan aktif di berbagai kegiatan. Ketika kami tahu hal ini, kami timbul keinginan untuk membantu dalam hal pekerjaan misalnya dengan mengajar di sini,” imbuhnya.
Dari kenyataan tentang keluarga Ghisya, Welli juga melihat titik cerah dari potensi Ghisya yang menjadi sumber kekuatannya untuk maju. Seperti bibinya (kakak ibunya yang membantu Ghisya) Ghisya memiliki kemampuan yang baik dalam membaca dan menghafal Al Quran. Ghisya pun berharap dapat menjadi seorang hafidzah yang baik suatu hari nanti.
“Hampir separuh surat-surat dalam Juz Amma dihafalnya, dan beberapa surat pilihan yang sedang dipelajarinya, selain tahfidz, Ghisya lancar mengikuti kegiatan belajar dan punya prestasi yang baik, terbukti sampai sekarang tidak keluar dari 5 besar di kelasnya,” kata Welli.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, selain silaturahim rutin, anak asuh asrama Rumah Yatim akan diajak bersilaturahim ke rumah Ghisya. Kegiatan positif ini, lanjut Welli, akan menguatkan semangat Ghisya, menambah pertemanan, dan mendidik anak asuh untuk mengasah rasa peduli.
Silaturahim melalui kunjungan kepada mustahiq membuat Rumah Yatim bersyukur semakin mengenal mereka lebih dekat. Silaturahim yang kuat meyakinkan satu sama lain bahwa masih ada harapan bagi mereka.