Mengenal dan Memahami Kebutuhan Dasar Anak Bersama PKA
Sebanyak 35 anak asuh Rumah Yatim cabang Tegal hadir dalam program Penguatan Kapasitas Anak (PEKA), baru-baru ini di Asrama Rumah Yatim Tegal. Anak asuh mukim dan mukim mulai dari tingkat SD sampai SMA ini aktif berpartisipasi pada kegiatan yang masih jadi bagian program PKSA Dinas Sosial.
Menurut Kepala Cabang Tegal Syafrudin, pertemuan PEKA adalah program lanjutan dari PKSA dan suhan memasuki pertemuan keempat. Dan di bulan ini juga masih ada empat kegiatan lagi yang akan dilaksanakan. Materi kali ini membahas tentang memahami kebutuhan dasar anak yang dibawakan pemateri khusus dari Satuan Aksi Pekerja Sosial (Saksi Peksos) dari Dinsos setempat.
“Pertemuan kali ini berkenaan dengan materi edukatif, yaitu apa saja kebutuhan dasar anak, dan bagimana mengenal dan memahami kebutuhan dasar mereka. Kebutuhan dasar tersebut adalah, kebutuhan fisik, kebutuhan rohani ; ibadah, ritual keagamaan, kebutuhan emosional, kebutuhan sosial, dan kebutuhan intelektual,” Syafrudin menjabarkan.
Pada tahap awal, pemateri mengenalkan apa saja yang menjadi kebutuhan mereka yang harus terpenuhi. Misalnya, mulai dari kebutuhan fisik, bahwa mereka harus makan makanan yang baik dan bergizi, dan harus istirahat. Untuk kebutuhan emosional, anak juga membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan ingin didengar seperti orang dewasa.
Pengenalakan semua kebutuhan dasar ini ialah suatu hal yang sangat penting bagi setiap anak. Karena mulai dari mengerti akan kebutuhannyalah maka hak-hak anak pun terpenuhi.
Kegiatan dengan muatan materi yang cukup dalam ini dikemas dan dibawakan pemateri dengan gaya komunikatif dan bersahabat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik oleh anak-anak.
“Kalau mereka yang sudah duduk di SMA bisa menangkap ya, dan lebih bisa mencerna, kalau untuk adik-adik SMP dan SD, materi dibawakan lebih mudah, seperti dengan games, presentasi lewat gambar, atau kegiatan berkelompok dengan cara menuliskannya,” kata Syafrudin.
Antusiasme terasa pada anak-anak yang begitu interaktif selama materi berlangsung. Terutama saat pemateri membahas kebutuhan emosional yang menurut pemateri adalah wajar dan alamiah ketika seorang anak mengekspresikan apa yang dirasakannya.
“Ya, saat membahas ini anak-anak jadi mengerti agar kebutuhan emosionalnya terpenuhi, seringkali kita sebagai orang dewasa mengabaikan apa yang mereka rasakan seperti sedih dan menangis. Dan hanya karena mereka masih kecil kita tidak memperhatikan apa yang mereka rasakan,” ujarnya.
Memang belakangan ini banyak isu penting dunia anak dan keluarga Indonesia yang selalu dikaitkan dengan masalah kebutuhan emosi dan psikologi. Maka, saat pemateri mengatakan, silakan mengekspresikan apa yang dirasakan, anak-anak merasa lega dan gembira. Dengan mengenal apa yang menjadi kebutuhannya, mereka pun memahami bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal lainnya yang menjadi sorotan adalah kebutuhan intelektual, yaitu kebutuhan pendidikan. Isu besar ini juga ditekankan supaya anak asuh wajib diberikan pendidikan yang layak dan setara. Dan sudah menjadi hak mereka untuk belajar sama seperti anak-anak Indonesia lainnya.
Penjabaran ini akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yang melibatkan orangtua dan anak. Syafrudin meneruskan, tercapainya hak dan kewajiban anak juga membutuhkan peranan penting orangtua atau keluarga serta lingkungan di sekitar mereka. Hal ini bermuara pada tujuannya bahwa keluarga semakin memahami kebutuhan-kebutuhan mereka.
“Karena tumbuh dan kembang adalah dua hal yang berbeda, anak bisa saja tumbuh cepat tapi berlaku seperti orang dewasa namun dengan pikiran dan emosi yang belum matang. Oleh sebab ini banyak hal negative terjadi. Semua itu agar anak tumbuh dan berkembang seimbang, layak, dan sesuai dengan dirinya sebagai anak-anak. ,” pungkas Syafrudin.
0 komentar:
Posting Komentar