Kegiatan Go Green ini sebenarnya aksi lanjutan dari kegiatan rutin gotong royong atau kerja bakti setiap minggu di Asrama Rumah Yatim Kedaton. Berangkat dari pemikiran mengubah mindset, Kepala Asrama Kedaton Hendy ingin para anak asuhnya, baik mukim dan non mukim menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan sesama.
“Kami ingin bersama-sama menanamkan 4 karakter, amanah, disiplin, jujur, dan peduli kepada anak asuh. Salah satunya mulai dari rasa peduli. Mulai dari peduli kebersihan, kerapihan, lingkungan alam, dan sesamanya,” ujarnya ketika diwawancara jarak jauh.
Dan ide itu terealisasi juga di awal minggu ini tepatnya, setelah olahraga pagi jalan sehat. Ia mengajak seluruh anak asuh, terutama non mukim untuk segera berkumpul di asrama. Pagi hari yang segar jadi waktu yang pas menghadirkan semangat baru anak asuh.
“Setelah jalan sehat itu, kami seperti biasa kerja bakti dan bersih-bersih asrama. Lalu saya ajak mereka berkumpul, untuk bermusyawarah, tepatnya sharing, dan bercerita tentang kesannya setelah kerja bakti. Ternyata, walau mereka merasa lelah, tapi mereka tetap senang dengan hasil kerja baktinya,” imbuhnya.
Mereka begitu menikmati bergotong royong menata lingkungan sekitar mereka. Mulai dari sanalah Hendy mengajak anak asuhnya lebih mendalami lagi kepekaan mereka terhadap lingkungan. Setelah semua bersih dan rapi tertata, ia mengajak untuk melihat apa yang masih dilakukan bagi. Apakah lingkungannya sudah hijau ? masihkah ada rumput kering dan bunga-bunga yang mati ?
Tiba-tiba salah satu anak asuh bersuara tanpa diminta, bagaimana kita menanamnya abi ?, tanya salah satu anak pada Hendy. Tentu saja, pertanyaan ini tanggapan yang sungguh mnegejutkan dari anak asuhnya. Mereka pun berdiskusi untuk mencari cara agar dapat menanam berbagai jenis bunga dan tanaman.
Dari sana timbul ‘kegaduhan’ yang banyak mengeluarkan ide dari kepala mereka masing-masing. Akhirnya disimpulkan oleh Hendy, yaitu dengan setiap anak wajib membawa bibit tanaman atau bunga yang berasal dari rumah masing-masing.
“Syaratnya, tidak boleh dapat beli, juga tidak boleh mengambil dari tempat orang lain, dan murni dari kalian sendiri yang ditempatkan dalam polybag,” tegasnya.
Ide ini pun akhirnya disambut antusiasme yang tinggi. Dan uniknya, ketika mereka membawa tanamannya masing-masing, mereka menamai tanaman yang dibawa. Menurutnya, ini sesuatu yang membuatnya terharu, bercampur bahagia dan sedih.
Keterbatasan yang dialami mereka tak membuat semangat peduli itu surut. Bahwa dengan keadaan apapun masih banyak ide-ide cemerlang yang lahir dari pikiran murni mereka untuk membuat lingkungan lebih baik.
Walau begitu, ia masih merasa belum sempurna, ia bertekad menyempuurnakan langkah ini bersama anak asuhnya. Tumbuh keyakinan dalam benaknya, lebih baik bertindak nyata, daripada diam sama sekali karena takut gagal.
0 komentar:
Posting Komentar