Kisah Perjuangan Seorang Muallaf Dari Surabaya Menuju Hidayah
Chrisanti Eka Putri, yang sehari-hari akrab dipanggil Putri ini adalah seorang mualaf belum lama ini mendapat bantuan santunan mualaf dariRumah Yatim. Saat itu Kepala Asrama Rumah Yatim Surabaya Agus Kurnia mendatanginya di Jalan Bendul Merisi, Surabaya. Rumah Yatimyang diberikan amanah membantu para mustahiqnya, salah satunya mualaf, resmi menyalurkan dana zakat Rp. 250.000 padanya.
Ia sangat berterima kasih kepada Rumah Yatim yang sangat peduli kepada sesamanya, termasuk mualaf seperti dirinya. Kunjungan ini sebagai bentuk silaturahim baginya, dan ia merasa dirangkul seperti saudara. Melalui silaturahim ini, ia ingin ada yang membimbingnya mempelajari Islam. Seiring bertambahnya ilmu, ia dapat menyempurnakan dirinya dari segi keimanan yang nampak dari akhlak dan amal ibadahnya.
Perempuan berusia 26 tahun ini sebenarnya sudah masuk Islam sejak 2012 lalu. Namun, perkenalannya dengan agama Islam sudah dimulainya sejak kecil di bangku SD. Uniknya, seperti yang diceritakan kembali oleh Agus, tempatnya bersekolah ini adalah sekolah umum berbasis yayasan Katolik, teman-temannya beragama Islam. Karena ia ikut belajar agama Islam di sekolah, ia sudah mengetahui dasar-dasarnya.
Teman-teman di sekolahnya ikut mendukungnya untuk masuk Islam. Akan tetapi, Putri masih bingung hendak belajar kemana dan kepada siapa. Hingga akhirnya ia lulus SMA, dan diminta untuk bekerja di yayasan tersebut sebagai staf tata usaha (TU).
Kakaknya sudah lebih dulu masuk Islam, ayah mereka sudah lama wafat, dan tinggal Ibunyalah yang masih menganut keyakinan lamanya. Sebagian besar kerabat dan saudaranya sudah beragama Islam.
Walaupun hampir semua orang-orang disekelilingnya sangat mendukung, ikhtiarnya mencapai hidayahNya, tidak selalu berjalan mulus. Bagaimanapun, tekadnya mendapatkan ujian. Walaupun sudah menganut Islam, Putri masih bekerja disana. Manakala teman-teman sekerjanya tahu Putri menganut Islam, ia diejek, dihina sampai dijauhi mereka. Lebih parah lagi, ia sempat disebut-sebut menjual agama.
Dari pihak keluarga, yaitu ibunya, keputusannya memilih Islam tidak disetujui dan mereka sempat berdebat. Namun, perlahan Putri memberi pengertian dan akhirnya ikhlas menerima pilihannya itu.
Ia pun keluar dari pekerjaannya, dan memutuskan tinggal di rumah sambil mencari pekerjaan baru. Lalu ia bertemua dengan pria Muslim yang kelak menjadi jodohnya. Resmi menikah 2 tahun, mereka belum dikaruniai anak. Karena masih merintis kehidupan berumah tangga, mereka tinggal bersama ibu Putri. Karena kakaknya sudah tinggal terpisah dari ibunya, Putri yang kini ibu rumah tangga sambil mengurus ibunya.
Suaminya bekerja sebagai pegawai Dinas Binamarga, dan Putri yang lebih banyak waktu luang di rumah, ingin segera belajar lagi. Belakangan, mereka berkeinginan untuk tinggal terpisah dan sedang mencari tempat tinggal yang dekat dengan Asrama Rumah Yatim. Putri yang sudah berpenampilan tertutup dan berhijab ini memang sedang bingung mencari pembimbing yang pas.
Sejak memeluk Islam, sebagaimana yang dituturkan kepada Agus, ia mendapatkan banyak hal baru yang merubahnya. Misalnya, soal pergaulan dengan lawan jenis yang kini lebih terjaga dan membatasi diri. Lebih dalam lagi ia semakin memahami bagaimana seharusnya seorang Muslim berpenampilan mulai dari batasan-batasan aurat.
Suaminya yang ternyata adalah kakak kandung dari front office (FO) Asrama Rumah Yatim Surabaya Linda, dan ia berniat belajar kepada Linda. Sungguh bukan kebetulan, ini ialah jalan petunjuk yang Insya Allah akan memudahkannya belajar menghayati Islam.
Perjalanan Putri masih panjang yang akan terus berproses sepanjang hayatnya di dunia dan akhirat. Pencariannya selama ini sudah melewati banyak ujian, kini tinggal giliran tugasnya mempertahankannya.
Melalui Agus, ia mengungkapkan bahwa perasaannya begitu nyaman ketika menemukan hidayah. Dan semakin mantap menentukan arah tujuan hidupnya. Ia memanjatkan harapan yang tak pernah terputus agar selalu tertuju di jalan yang diridhaiNya.
0 komentar:
Posting Komentar