Letak yang berada di pelosok ini menurut mereka menyulitkan akses pasokan logistik ke daerah mereka. Minimnya informasi yang berhubungan dengan masyarakat, maka tak heran masyarakat di sana umumnya masih memiliki persepsi berbeda soal lembaga sosial.
Mereka bingung ketika diantara keluarga mereka yang memiliki anak yatim-piatu dan mengalami kesulitan secara ekonomi hendak mengajukan bantuan. Lembaga sosial (yayasan atau panti) membuat keluarga akan sulit bertemu dengan anaknya dan takut anaknya diadopsi oleh orang lain.
Oleh karena itu, Rumah Yatim tak bosan mengenalkan dirinya dan program-programnya. Bahwa, Rumah Yatim membantu anak asuh di asrama dengan membimbing, mendidik, merawat dengan memberikan hak-hak yang sama seperti pendidikan. Dan tetap memberikan kesempatan untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga mereka. Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan Hendy menegaskan bahwa Rumah Yatim tidak menerima dan memfasilitasi adopsi serta prosesnya.
“Dalam tim kami kesana, kami mengajak serta 2 orang anak asuh kami, keduanya sudah kelas 3 SMA, kami buktikan ke masyarakat, mereka maju dalam pendidikannya dan masih dapat bertemu dengan keluarganya,” ungkap Hendy.
Aparat pemerintah setempatpun bersedia bekerjasama membantu warganya yang membutuhkan bantuan. Dengan kehadiran Rumah Yatim di tengah-tengah mereka, mereka semua optimistis dan lega harapan mereka mendapatkan petunjuk. Di samping itu, bantuan yang disalurkan dapat bermanfaat bagi para mustahiq dan seperti disampaikan Hendy, kegiatan ini dapat berlanjut sehingga dapat dirasakan oleh mustahiq yang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar