Santunan Sembako. Basri, Wanita Yang Kini Jadi Bagian Keluarga Besar Rumah Yatim Surabaya
Dari pukul 08.00 WIB tim Rumah Yatim Surabaya yang terdiri dari Muslihudin Kepala cabang, Agus kepala asrama dan 3 lagi staff usaha beserta anak-anak, total yang ikut adalah enam motor, mereka berkonvoi menuju rumah Basri di Kampung Du’alas, Desa Larangan Luar Kecamatan Larangan.
Perjalanan cukup menyita waktu sesampainya disana pukul 01. 30 WIB.
Awalnya Basri Bukanlah wanita yang special, dia hanya lansia biasa yang menggerakan hati tim rumah yatim untuk menemuinya karena rekomendasi dari direktur marketing komunikasi Lilih H. Abdurrahman yang mendengar kabar tentangnya. Sesampainya disana, tim merasa iba dan terharu melihatnya.
Basri merupakan sosok wanita yang sudah renta, umurnya 91 tahun tepatnya dia lahir pada 7 Januari 1925. Bandannya tentulah sudah keriput ditambah kantung mata yang sudah jatuh, kemungkinan dia sering menangis meratapi dirinya yang hidup sebatang kara. Suami tercintanya meninggalkan dia seorang diri sudah sangat lama hingga Basri pun lupa kapan dan dimana suaminya meninggal.
“saya sudah lupa, kapan bapak meninggal” ucapnya dalam bahasa Madura yang kental.
Sebenarnya dia tak patut hidup sendiri karena dia memiliki seorang anak laki-laki, namun anaknya tak mampu diharapkan, mungkin karena rumah milik ibunya terlalu sempit hanya berukuran 2x3, itupun bilik bambu yang sudah rapuh maka dia pun memilih pergi meninggalkan wanita yang melahirkanya dan tinggal bersama keluarga istrinya. Menurut kesaksian para tetengga dan juga pengakuannya, Anaknya tidak pernah pulang hingga sekarang.
Mendengar kisah pilu itu muslihudin dan tim merasa teringat kepada ibu mereka dan hal tersebutlah yang akhirnya mendorong muslih dan kawan-kawan betah berlama-lama disana. Saat Tim memberikan paket sembako sebanyak 20 kg beras, mie, gula dan lain sebagainya, air mata Basri tak berhenti menetes sembari tak berhenti mengucap do’a dan kata terimakasih.
“terimakasih, mudah-mudahan dikasih selamat, mudah-mudahan panjang umurnya akan ketemu kebaikannya diakhirat” do’a Basri.
Selepas mengobrol Muslihudin dan tim pun bareng-bareng berdo’a untuk ibu dan juga donatur yang sudah mendukung proram ini.
“ada rasa kepuasan tersendiri sehingga menghilangkan rasa lelah kami karena kami memberi kepada yang membutuhkan secara tepat sasaran. Selain itu kami merasa menemukan keluarga baru, yang kelak akan kami singgahi kembali.” Ujar Muslih.
Rencananya pada awal Ramadhan ia, tim dan anak asuh ingin berkunjung menemui Basri, mau mengadakan acara makan bersama agar Basri yang sudah cukup lama kesepian mendapatkan keluarga baru. Meski Basri tak seutuhnya kesepian karena para tetangga silih berganti memperhatikannya.
0 komentar:
Posting Komentar