Kejutan dari Iki, Juara 2 Lomba Pidato
Tidak Percaya itulah kesan pertama Kepala Asrama Rumah Yatim Imanuddin ketika anak asuhnya, Iki menerima piala juara 2 lomba pidato Peringatan Hari Sumpah Pemuda di sekolahnya, Senin kemarin (07/11). Anak asuhnya yang bernama asli Iki ini dikenal Iman sebagai anak pemalu yang masih suka cengengesan kalau diminta maju ke depan di depan teman-temannya untuk ceramah.
Remaja yang berasal dari Cipatat, Padalarang, Bandung Barat ini semula bermukim di Asrama Rumah Yatim Cileungsi, Kabupaten Bogor. Nah, disanalah pelajaran pertamanya berbicara di depan umum di mulai. Iman mengisahkan, selama di sana, jika Iki dapat giliran mengisu kuliah tujuh menit (kultum) subuh di asrama, Iki hanya mengucap salam pembuka, senyum-senyum malu, lalu menutupnya lagi dengan salam.
Meninggalkan mimbar dan mengakhiri sesi kultum dengan perasaan malu, tegang, sekaligus geli. Hingga menempel di diri siswa kelas IX MTS Nurul Huda, Cinere ini sebagai anak pemalu. Namun, Iman mengatakan sepertinya Iki termotivasi mengikuti lomba karena sebelumnya ia berusaha berlatih sendiri. Mau tidak mau di asrama sudah ditetapkan kultum dan muhadharah setiap harinya. Tak terkecuali Iki yang harus membuang rasa malu dan tidak percaya dirinya.
“Setiap anak gentian mencicipi setiap posisi dan peran, misalnya di muhadharah, ada yang jadi mc, pembaca doa pembuka, doa penutup, pengisi ceramah dan tausyiah, dan seterusnya, secara bergilir,” katanya.
Hingga tibalah pada Sabtu (05/11), Iki menjajal kemampuan bicara di depan publik pertama kalinya seumur hidupnya. Rupanya ia ingin membuktikan hasil belajarnya diam-diam itu di sekolah. Momen peringatan sumpah pemuda ini sebuah kesempatan emas yang tak ingin ia lewatkan. Jadilah Iki mendaftar lomba tanpa sepengetahuan Iman.
Setelah itu, senin sepulang sekolah, Iman menuturkan anak asuhnya itu hanya mengatakan mau menyiman piala di meja front office (fo). Ketika ditanya soal piala, disanalah Iman baru tahu Iki ikut lomba pidato antar kelas di sekolahnya. Walau masih tak menyangka, Iman tetap mengucapkan selamat dan memberi pujian padanya.
“Saya tidak pernah diberi tahu kalau mau ikut lomba, dan tidak tahu juga persiapannya kapan, mungkin kalau dikasih tahu pasti saya sudah motivasi dan membantu latihan,” ucap Iman.
Sekolah tempat Iki belajar memang dikenal sebagai gudangnya siswa aktif dan berprestasi di bidang keagamaan.
Tak heran meski baru tingkat sekolah, para saingan Iki ketika lomba cukup berat. Hal ini pula faktor yang tak dipungkiri jadi pemicu Iki terus maju. Prestasi pertamanya akan mengantarkan Iki terus percaya diri mengasah kemampuannya.
0 komentar:
Posting Komentar