Karyanya yang tertuang dalam selembar kerudung berhasil memikat hati istri Walikota Bandung Atalia Kamil yang dipamerkan pada Gelar Kain Nusantara beberapa waktu lalu. Ia sama sekali tidak menyangka kerudung buatannya itu akan dipuji bahkan sampai dibeli oleh beliau. Apalagi ini pertama kalinya ia bersama teman-teman di pelatihan tekstil ikut pameran yang diikuti peserta seluruh nusantara.
Awalnya, ia dan teman-teman lainnya diberikan motif dasar untuk dilukis, pada saat itu Safitri hanya mendapat motif dedaunan saja, tidak seperti teman yang lain yang motif bunga-bunga. Ia merasa bingung hendak diapakan motif dedaunan ini. “Kok yang lain enak ya dapat motifnya yang bagus-bagus, ini cuma daun aja,” ungkap kelahiran 4 Juni 1999 ini.
Walaupun begitu, motif sederhana ini memicunya lebih kreatif lagi demi hasil yang diinginkan. Gadis manis berkacamata ini mengaku spontanitas jadi kunci karyanya. Dengan menggunakan teknik lukis gosok, ia memberikan warna biru sebagai dasarnya. Untuk tambahan dan variasi, ia membuat motif daun miliknya dengan warna-warna pastel lainnya.
Puaskah sang pembimbing ? ternyata belum, Safitri masih harus menerima beberapa kritik lagi, yang intinya, karyanya belum rapi. “Waktu bikin ini sama Aki (H. Doddie, pembimbing pelatihan) sudah banyak dikomen, masih jeleklah, kurang inilah, kurang itulah, pokoknya masih banyak yang harus diperbaiki,” kata siswi kelas 3 SMA Bina Insan Unggul ini.
Kerapihan dan kualitas karya jadi prioritas Aki, dan ini yang membuatnya semakin ketar-ketir. Tak patah arang, siswi jurusan IPS ini tetap berbaik sangka kepada sikap Aki yang begitu keras padanya. Ia ulang lagi, dan mengoreksi karyanya itu sesuai dengan saran Aki. Rampung merevisinya, mendekati hari H ia memperlihatkan karyanya kepada Aki, menurut Aki, secara teknis memang karyanya belum sempurna, namun Aki melihat dari warna-warna yang dituangkan Safitri pada kerudung lukisnya sungguh unik.
Ya,uniknya warna-warni itulah yang menunjang kerudung lukis ini tampak menarik perhatian. Meski sedikit lega, sesungguhnya Safitri masih belum sepenuhnya merasa puas. Bagaimanapun, ia mengerti Aki begitu ingin melihat dirinya terus belajar. Sekalipun Aki menghujaninya kritik, Aki tetap memahami kondisi Safitri yang dalam tahap belajar.
Menyiapkan karya pameran GKN bukan tanpa pengorbanan, Safitri yang sudah 8 bulan ikut pelatihan tekstil ini harus pandai-pandai membagi waktu antara sekolah dan persiapan. “Karena sudah naik kelas 3, mumpung belum sibuk saya harus pandai-pandai membagi waktu, dan sudah sering ijin, tapi akhirnya guru bisa mengerti,” katanya.
Sebagai koordinator pameran Kiki Supriatna juga mengakui persiapan GKN terbilang mendadak. Untuk pertama kalinya karya pelatihan ini akan ditampilkan di depan khalayak umum. Hari mendebarkan pun tiba, Aki membesarkan hati anak-anak asuh yang dibimbingnya ini. Bahwa dalam event ini mereka ingin memperkenalkan karya terbaik.
Sungguh beruntung, karena motivasinya berkarya, booth Rumah Yatim diberikan ruang khusus untuk workshop teknik melukis di kain. Para pengunjung dapat melihat langsung proses kreatif yang dilakukan oleh anak asuh saat melukis di kain dengan berbagai macam teknik. Berbeda dengan umumnya booth lain yang memang menjual produknya, Rumah Yatim hanya ingin menampilkan karya seni mereka.
Tanpa disangka, booth Rumah Yatim begitu menarik perhatian para pengunjung. Sampai akhirnya kunjungan yang tak disangka dari Atalia Kamil yang jatuh hati pada karya hasil tangan kreatif Safitri. Kebanggaan yang meluap sekaligus tidak percaya, karyanya bisa membuat istri Walikota Bandung tersebut terpukau.
“Iya tidak menyangka, padahal tidak ada niat untuk dijual sama sekali,” ungkap Safitri yang masih tidak percaya. Ketika itu, ibu walikota yang ramah itu langsung mencari siapa pembuatnya. Dengan perasaan berdebar, malu dan bahagia, Safitri maju menunjukkan dirinya.
Meski tidak berniat menjualnya, kerudung buatannya itu akhirnya dibeli dengan harga Rp. 150.000. Keberhasilannya ini menimbulkan niat serius menekuninya, ia masih merasa harus belajar lebih giat lagi memperhalus teknik melukisnya. Disinilah ia mengenal bermacam-macam teknik lukis di atas kain, dan teknik gosoklah yang menjadi andalan dan favoiritnya.
Safitri berharap, karyanya dan teman-temannya yang lain berlanjut tidak sampai ruang-ruang pameran saja, tetapi ingin berkembang menjadi produk berciri khas seni yang dikenal masyarakat. Oleh karena itu, ia ingin kelak pengetahuan dan skill-nya bertambah ke bidang produksi dan pemasaran. Suatu saat keseriusannya kelak mengantarkannya terjun sebagai entrepreneur di bidang tekstil.
“Ya sambil terus berlatih, bagusnya melukis bisa menyusul, cuma ingin ditambah ke produksinya,” harapnya. Ia optimis karya-karya dari pelatihan tekstil Rumah Yatim akan banyak diminati. Tidak ada yang tidak mungkin tercapai selama terus berusaha sungguh-sungguh.
0 komentar:
Posting Komentar