Di antara kita mungkin sering tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang kelihatannya ringan, namun berat timbangannya di sisi Allah Ta’ala. Misalnya, ketika kita mendapatkan suatu kenikmatan atau mendapatkan pertolongan, seringkali kita menyandarkan nikmat tersebut kepada selain Allah Ta’ala.
Seperti perkataan seseorang,”Kalaulah bukan karena pertolonganmu, saya tidak tahu bagaimana nasibku ini.” Atau,”Kalaulah bukan karena tadi ada polisi lewat, mungkin kita sudah babak belur dihajar preman.” Atau,”Kalaulah anjing di rumah kita tidak menggonggong keras, kita tidak akan tahu kalau ada pencuri yang masuk ke dalam rumah kita.” Ini adalah sedikit contoh tentang beberapa perkataan yang mungkin pernah kita ucapkan tanpa kita sadari. Kelihatannya sepele, namun di dalamnya terkandung penyandaran nikmat kepada selain Allah Ta’ala. Kita justru mengaitkan nikmat tersebut kepada sebabnya, bukan kepada Allah yang menciptakan sebab tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl [16]: 83)
Mengenai ayat di atas, ‘Aun bin Abdillah bin ‘Utbah berkata,”(Yaitu) perkataan seseorang,’Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan begini dan begitu’. Atau,’Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan menimpamu yang demikian dan demikian.”
Kalimat-kalimat di atas, jika diucapkan dalam rangka menyampaikan berita tanpa melupakan Allah Ta’ala yang telah memberikan nikmat, maka hal ini tidak mengapa. Ini pun dengan syarat bahwa sebab (perantara) tersebut merupakan sebab yang riil, yang betul-betul menjadi perantara sampainya suatu nikmat tertentu. Bukan hanya sekedar keyakinan yang mengada-ada. Contoh, “Kalau bukan karena simbah fulan, mungkin tadi kita sudah mati.” Padahal, simbah fulan yang dia maksud tersebut sudah meninggal dunia sehingga tidak mungkin membantunya ketika jiwanya terancam. Ucapan semacam ini, sangat jelas termasuk kesyirikan.
Oleh karena itu, hendaklah kita takut terjerumus ke dalam syirik sebagaimana rasa takut yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai beliau berdoa kepada Allah Ta’ala,
”Ya Allah, aku berlindung dari berbuat syirik sementara aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu dari dosa yang tidak aku sadari.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad) [4]
Semoga kita terhidar dari perbuatan syirik yang tidak kita sadari, karena dosa akan diampuni selama kita bertaubat dan berubah kecuali dosa syirik.
https://muslim.or.id
#Islam
0 komentar:
Posting Komentar