Rumah Yatim Salurkan Bantuan Peduli Sesama
Di Hari Kemerdekaan Bantuan Peduli Sesama Rumah Yatim sampai ke warga pesisir pantai labu, Sumatera Utara.
“Semenjak Mereka Disini, Kami Belum Merasakan Lagi Makna Kemerdekaan.”
Kutipan diatas merupakan kalimat yang mewakili isi hati warga Rugemuk Dusun II dan III kecamatan Pantai Labu kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, saat ditanya mengenai makna kemerdekaan tahun ini.
Warga Rugemuk adalah korban keserakahan kaum kapitalis, sudah beberapa tahun ini warga Rugemuk hidup melarat dikarenakan pantai tempat mereka mencari rezeki sudah tercemar limbah penambangan pasir dari salah satu perusahaan besar disana.
Sebelum perusahaan tersebut mengeruk pasir pantai Labu menggunakan alat berat beko, pantai ini dikenal dengan pemandangannya yang indah, air yang jernih dan dikenal dengan kekayaan ekosistem biota lautnya.
Akan tetapi setelah para penambang pasir datang dengan alat beratnya, pantai yang awalnya indah kini berubah menjadi pantai dengan air keruh, tak terurus, bahkan tidak terdapat ekosistem biota laut. Terumbu karang rusak, sebagian makhluk laut mati dan sebagian yang lainnya meninggalkan pantai, mencari habitat baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Warga yang sebelumnya bekerja sebagai nelayan dan mampu menangkap ikan yang berlimpah, kini hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar, pengembala sapi dan sebagian kecilnya bekerja di perkebunan sawit. Penghasilan mereka pun sangatlah minim, lebih minim dibandingkan bekerja sebagai nelayan.
Sungguh miris nasib mereka, sudah bertahun-tahun mereka hidup melarat di tanah kelahiran yang kaya akan sumber daya alamnya. Semenjak pantai tercemar limbah, yang tersisa hanya jenis kerang saja, mereka yang tidak mendapatkan uang di hari tersebut terpaksa harus mengambil banyak kerang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Rumah Yatim yang mengetahui hal tersebut dari salah satu relawan, langsung menerjunkan timnya untuk menyalurkan bantuan tunai kepada warga Rugemuk. Namun bukannya disambut hangat, kedatangan tim Rumah Yatim malah disambut geram warga tersebut. Mereka menyangka tim Rumah Yatim adalah pesuruh dari perusahaan yang telah mengeruk pasir pasir di pantai Labu.
Setelah diberi penjelasan yang menghabiskan waktu lama, akhirnya mereka menerima kedatangan tim. Namun ketika tim meminta fotokopi kartu keluarga dan KTP sebagai syarat penerima bantuan, mereka kembali geram.
“Kami pun kembali menjelaskan bahwa fotokopi KK dan KTP tersebut ditujukan untuk memenuhi persyaratan penerima bantuan, dan tidak ada unsur politik dalam kegiatan ini.” Kata Jajang
Menurut Jajang, warga Rugemuk memiliki traumatik kepada pendatang baru terutama kepada pihak perusahaan yang telah mengeruk pasir pantai, dimana pada beberapa tahun lalu mereka dibuat terlena oleh janji-janji dari pihak perusahaan yang menjanjikan bantuan kepada mereka. Pihak perusahaan menjanjikan bantuan jika warga setempat sudah mengumpulkan fotokopi KK dan KTP.
Bantuan tersebut telah terealisasi, tapi sebagai balasannya mereka menjadikan fotokopi keterangan tersebut sebagai bukti kepada pemerintah setempat bahwa warga Regumek menyetujui proyek penambangan pasir di pantai Labu.
Setelah dijelaskan kembali maksud, tujuan sampai kepada program Rumah Yatim, akhirnya warga Regumek tersenyum, mereka merasa bahagia karena ada sekelompok orang yang menolong mereka dengan tulus tanpa meminta balasan apapun.
“Terima kasih sudah datang ke dusun kami, beginilah kondisi dusun kami yang seadanya dan dipenuhi debu dari penambangan pasir. Sudah 20 tahun kami tidak mendapat bantuan, bantuan ini akan sangat berguna untuk kami, kami akan gunakan uang ini untuk memenuhi kebutuhan pokok.” Ungkap salah satu warga Rugemuk.
Pada momen kemerdekaan ini, Selain memberikan bantuan peduli sesama, Rumah Yatim pun sekaligus menyalurkan santunan da’i dan santunan biaya hidup kepada warga.
#RumahYatim
#ZakatuntukPerubahan
www.rumah-yatim.org
0 komentar:
Posting Komentar