Pada suatu hari, seekor tikus sedang mencari makan. Seperti biasa, dia menyelinap masuk ke dalam gudang. Saat sibuk meraba-raba gudang yang gelap, tikus menemukan sebongkah keju yang sangat besar. Tapi sayang, ternyata keju tersebut melekat pada sebuah jebakan tikus. Sebuah perangkap yang mampu menghancurkan tubuhnya dalam satu detik saja.
Merasa cemas dengan adanya jebakan itu, tikus lalu
menemui ayam.
“Hei, di gudang ada jebakan tikus! berhati-hatilah
saat memasuki gudang!” seru tikus.
“Saya tahu kalau ini adalah masalah besar bagi kamu.”
Jawab ayam, “Tetapi maaf, itu bukan urusanku. Aku tidak terganggu dengan
jebakan itu.”
Tidak puas dengan jawaban ayam, tikus kemudian menemui
kambing.
“Maaf, ya!” Kambing itu berkata, “Saya tidak
bisa berbuat banyak. Sebaiknya kau berdoa saja agar keju itu lepas dari
jebakannya.” kata si kambing.
Tikus pun merasa sangat kesal dengan jawaban kambing.
Ia kemudian menemui sapi untuk memberinya peringatan. Lagi-lagi tikus mendapat
jawaban yang sama,
“Maaf, ya.” kata sapi sambil tertawa, “Jebakan
sekecil itu tidak berarti apa-apa bagi tubuhku yang sebesar ini. Saya tidak
merasa terganggu dengan adanya jebakan itu.”
Karena bosan tidak diperhatikan, kemudian tikus
meninggalkan gudang dan mencari makan di tempat lain.
******
Saat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara yang
sangat keras. “Praaaaaak…” Jebakan tikus itu sepertinya telah menemukan
mangsanya. Mendengar suara ini, istri sang petani langsung terbangun dan
berlari ke gudang. Tetapi karena gelap, istri petani tersebut tidak menyadari
bahwa yang tertangkap di jebakan tersebut adalah seekor ular berbisa. Ular itu
lalu menggigitnya. Istri petani pun menjerit-jerit kesakitan.
Melihat keributan itu sang petani segera berlari
menuju dapur. Ia menemui istrinya sudah pingsan tergigit ular. Kemudian ia
membawa istrinya untuk berobat.
Esok paginya, tubuh si istri masih demam. Maka petani
itu memutuskan untuk menyembelih si ayam untuk dibuat sup kesukaan istrinya.
Selama istrinya sakit berhari-hari, banyak sekali
tetangga yang menungguinya. Petani itu lalu menyembelih kambingnya. Daging
kambing tersebut kemudian dibuat sate untuk hidangan bagi para tamu.
Setelah lebih dari seminggu sakit, sang istri akhirnya
meninggal dunia. Banyak sekali orang yang hadir di pemakamannya. Akhirnya sang
petani memutuskan untuk menyembelih satu-satunya sapi miliknya. Daging sapi itu
dibuat berbagai masakan sebagai hidangan bagi para tamu yang telah hadir di
pemakaman istrinya.
Hidup adalah sebuah perputaran atau yang biasa disebut
siklus Quantum. Masalah dan ancaman yang diderita orang lain dapat menjadi
rantai yang akhirnya menimpa diri kita. Maka, keep the arms wide open and
show your love; Buka lebar tanganmu dan tunjukkan cintamu pada sesama.
0 komentar:
Posting Komentar