Tak ketinggalan dengan anak-anak Indonesia lainnya yang sedang menikmati masa liburan, anak asuh Rumah Yatim Lampung memiliki agenda tersendiri berliburan. Melewati masa-masa serius belajar dan menerima rapot, tibalah masa libur yang tepat mendekati akhir tahun.
Beberapa waktu yang lalu Kepala Asrama Rumah Yatim Kedaton Hendy sempat berujar ingin mengajak anak asuhnya berlibur walau mereka belum bisa pulang ke kampung halaman masing-masing. masa liburan yang cukup singkat ditambah jarak tempuh yang umumnya jauh dari asrama, membuat Hendy mencari cara kreatif agar mereka tetap menikmati suasana liburan.
Akhirnya, Selasa kemarin (27/12) anak asuh Rumah Yatim Lampung berekreasi ke Taman Nasional Way Kambas yang terletak di Lampung Timur. Kawasan ini sudah tak asing lagi di telinga, sebagai salah satu kawasan khusus suaka margasatwa yang melindungi satwa langka yaitu, gajah.
Populasinya yang semakin berkurang di habitatnya, maka Taman Nasional ini didirikan untuk memberikan perlindungan terhadap satwa sesuai dengan habitat aslinya. Dan kini lebih dikenal sebagai Taman Nasional yang terbuka untuk umum, khususnya pelajar sebagai obyek wisata bermuatan edukasi.
Sebanyak 23 anak asuh dari kedua asrama Kedaton dan Tanjung Karang menyambut gembira ide rekreasi yang masih terjangkau dari tempat tinggal mereka. Apalagi, Way Kambas sudah menjadi daftar wajib destinasi liburan yang tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Lampung.
Walau bagi sebagian anak asuh ini pengalaman kedua kalinya kesana, mereka tetap semangat bertandang kesana lagi. Dibimbing oleh kepala asrama masing-masing, Hendy dan Kepala Asrama Tanjung Karang Welli mereka mengelilingi spot-spot menarik Way Kambas.
Sekalipun mereka berkunjung untuk refreshing, di sini mereka menambah pengetahuannya tentang dunia fauna. Yang selama ini lebih sering mereka dapatkan di sekolah melalui buku atau melihat dari film dokumenter, pengalaman langsung diperoleh di sini.
Melalui jarak tempuh yang sangat jauh dari Bandar Lampung yang letaknya di selatan ke wilayah Lampung Timur, sekitar 4 jam, terbayar sudah dengan berbagai hal menarik.
Bermula kedatangan, Hendy menuturkan, sudah disambut oleh kawanan kera dan babi hutan yang bebas berkeliaran sepanjang perjalanan masuk ke lokasi Taman Nasional. Kedua satwa itu satwa selain gajah Sumatra yang ikut dilindungi.
Gajah-gajah yang hidup secara berkelompok dengan anggota keluarga lengkap layaknya manusia. Gajah jantan yang paling tua ialah pemimpin di kelompoknya, yang melindungi anggota keluarnya. Kemanapun mereka pergi selalu dalam kawanan. Kebiasaan hidup di alam liar ini cara alamiah hidup mereka.
Namun, tidak semua gajah dapat dibebaskan berkeliaran dan berbaur seperti biasanya. Sebagian dari gajah lainnya masih harus mendapat penanganan khusus untuk dijinakkan. Gajah-gajah ini ditempatkan di beberapa area khusus yang terlarang dimasuki pengunjung dari radius tertentu.
Salah satu anak gajah yang bernama Yetti berbobot 435kg yang yang baru dilepaskan dari kandang berhasil memikat salah satu anak asuh, Haikal. Anak gajah yang ditinggalkan kedua induknya saat masih di alam liar ini sudah berusia 3 tahun dan mau berinteraksi dengan Haikal.
Hendy mengatakan, Haikal memberanikan diri untuk memegang Yetti dengan dampingan pawang. Beberapa anak lain masih takut-takut, sebagian lainnya tampak senang sekaligus takjub dapat naik di punggung gajah yang jinak. Anak-anak juga diajak melihat gajah beraksi dalam pertunjukkan sirkus.
Kemudian, mereka mendapat wawasan baru tentang dunia gajah dari observasi dan penangkaran gajah. Mengunjungi klinik khusus gajah, dan melihat fosil dan sejarah perkembangan gajah di museum gajah. Tak ketinggalan, mereka pun merasakan pengalaman serunya ikut memandikan gajah.
Dari kunjungan ini, mereka mengetahui seluk beluk penanganan satwa langka di Indonesia, khususnya gajah. Kondisi Way Kambas sendiri saat ini sebenarnya kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Biaya operasional dan perawatan hanya diperoleh dari dana swadaya masyarakat sekitarnya dan penghasilan tiket pengunjung.
Sungguh memprihatinkan, karena peralatan dan fasilitas pun yang digunakan hanya seadanya. Serta SDM-nya saat ini seperti petugas, pawang, dan dokter hewannya pun masih terbatas.
Dari kegiatan rekreasi ini, anak asuh mengambil pengalaman kunjungan ke Way Kambas sebagai hikmah yang berharga agar sebagai sesama makhluk hidup, manusia harus senantiasa menjaga lingkungannya. Aktif melestarikan alam beserta isinya, yaitu tumbuhan dan satwanya. Karena mereka ciptaan Allah SWT yang berhak hidup di alam dengan pemeliharaan manusia dari kepunahan.
0 komentar:
Posting Komentar