#GenosidaRohingya
Bantu Ringankan Penderitaan Muslim Rohingya
Tak banyak orang yang peduli dengan nasib muslim Rohingya, banyaknya tragedi kemanusiaan diberbagai belahan dunia telah membuat banyak orang merasa bahwa berita di berbagai media masa hanya sekedar bagian dari halaman berita dunia di pagi hari yang di baca dingin sambil menikmati secangkir kopi panas.
Jika begitu banyak kekejaman di dunia, lantas apa yang istimewa dengan Rohingya? Mengapa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2013 melabeli Rohingya sebagai etnis paling teraniaya di dunia?
Rohingya sesungguhnya adalah keturunan Bangladesh. Meski telah tinggal menetap hingga beberapa generasi di Myanmar, mereka tidak di akui Myanmar sebagai warga negara. Demikian pula Bangladesh tidak mau mengakui mereka sebagai warga.
Itulah sebabnya julukan “etnis paling tertindas di dunia” disematkan PBB pada Rohingya. Mereka tak punya negara, tak di terima sebagai bagian dari masyarakat di tempat mereka tumbuh.
Tragedi kemanusiaan terhadap Muslim Rohingya telah terjadi puluhan tahun silam dan terus terjadi sampai saat ini. Kejadian terakhir di bulan Agustus 2017 telah kembali membuktikan kekejaman dan penindasan terhadap mereka yang tidak pernah berhenti.
Warga Rohingya yang kini hidup dalam perburuan setelah desa-desa mereka di bakar, menggelandang dan tidur tanpa atap di hutan dan gunung, di manapun belukar bisa menyembunyikan mereka.
Kondisi belasan ribu pengungsi Rohingya yang telah terjadi sungguh mengenaskan, mereka mengalami luka bakar dan luka tembak, dengan tatapan kosong menerawang.
Ribuan pengungsi yang terdiri dari kaum hawa dan anak kecil harus berjalan menelusuri sawah, gunung dan hutan menempuh jarak tidak kurang dari 20 KM menuju perbatasan Negara tentangga mereka Bangladesh, Besar harapan mereka bisa diterima dengan layak setidaknya hanya untuk sekedar berlindung, namun sayang setelah jauh berjalan kaki, sesampainya di gerbang perbatasan mereka ditolak dan disuruh kembali ke zona merah yang sedang berkobar, pemerintah Bangladesh beralasan, mereka tak bisa lagi menampung Rohingya karena sudah menerima 400.000 orang Rohingya sejak awal konflik yang bermula pada tahun 1990-an.
Saat mereka meregang nyawa ribuan doa terlantun dari mulut mereka, mengetuk belas kasihan pintu langit yang Maha Pengasih dan Perkasa. Air mata mereka bukanlah air mata buaya yang berharap belas kasihan agar dipercaya, air mata mereka adalah puncak dari penderitaan yang mereka terima.
Akankah kita terketuk hati mendengar keluh kesah mereka?
Akankah darah dan tangisan bayi itu menggugah mata hati kita untuk bisa meringankan derita mereka ?
Mereka adalah saudara kita.. yang Rasulullah ibaratkan seperti satu tubuh…
0 komentar:
Posting Komentar