Market Day 2016 Eksplorasi Siswa Berwirausaha
Digagasnya Market Day sebagai kelanjutan dari Enterpreneur Kids, memacu semangat para siswa berwirausaha. Pada hari pertama Market Day, Senin (19/12) terlihat umumnya siswa sudah terbiasa melakukan transaksi jual beli. Kegiatan rutin sebulan sekali ini melatih siswa melakukan jual beli dan berwirasusaha.
Menutur Ayi Kamilah, koordinator Market Day, menjelaskan bermula dari Enterpreneur Kids yang diadakan seminggu sekali. Namun, karena waktunya terlalu dekat, jadi diadakan 2 minggu sekali. Dari Dari 2 minggu sekali, akhirnya jadi sebulan sekali. Perkembangan dari kemampuan anak berwirausaha, menurutnya, sudah baik.
“Anak-anak di Market Day sudah terbiasa ya, bedanya kalau yang kelas kecil, masih menawarkan saja. Sedangkan kalau mereka yang di kelas besar, sudah dapat berpromosi dagangannya. Kalau yang kelas kecil selama di stand mereka didampingi gurunya masing-masing. Mereka dibimbing bagaimana caranya membayar dan member kembalian seusuai harga yang dibeli,” ungkap Ayi.
Barang-barang yang dijual kebanyakan makanan dan minuman, selain itu kerajinan tangan berupa pernak-pernik seperti bros. Para siswa mendapatkan modal dengan 2 cara, yaitu modal pribadi dan patungan dari uang kas kelas masing-masing. Pun hasilnya penjualannya, ia menerangkan, dapat dikembalikan lagi untuk pribadi atau diberikan sebagian untuk kas.
Nantinya, yang diberikan untuk kas, dapat digunakan kembali sebagai modal berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Adisa siswa kelas 4, yang memperoleh modalnya dari hasil urunan (patungan) sekelas. Berbeda dengan rekannya Qanita, yang diberikan modal dari orangtuanya.
“Kalau aku dikasih (modal), terus hasilnya aku balikin untuk gantiin uang orangtua,” ujar Qanita, siswa kelas 4 ini.
Orangtua mereka berdua amat mendukung adanya kegiatan Market Day ini. “Aku jualan susu sama bapau, kalau susu buat sendiri di botol kecil dan bapau isi kacang ijo dipaket, kata mama aku jangan beli di orang (beli diluar) tapi buat sendiri,” ungkap Qanita.
Bagi keduanya lebih baik membuat sendiri, mereka beralasan makanan buatan sendiri lebih aman dan bersih. “Kalau aku jual es jeruk dan jagung susu keju (jasuke) mama bilang jajan tidak boleh sembarangan, buatan sendiri lebih higienis,” ucap Adisa.
Sampai menjelang siang, Ayi mengamati penjualan cukup baik, dan setiap kelas, rata-rata produknya laku terjual. Hanya saja, produk pudding sepi peminat, karena setiap kelompok pasti membuat pudding. Selebihnya, kue dan penganan selain pudding banyak diminati. Nabil, siswa kelas 2 ikut menjual es krim ubi ungu yang termasuk jajanan sehat yang masih jarang di pasaran.
Menariknya, di sini siswa bebas bereksplorasi, dari macam jenis makanan yang ditawarkan dan penawarannya. Misalnya yang merasa barang dagangannya belum laku, berinisiatif keluar dari standnya dan mulai berkeliling sekolah menawarkannya. Alhasil, cara ini efektif untuk mendapatkan perhatian para pembeli, diantaranya guru-guru, teman-teman, dan orangtua siswa yang berada di sekolah.
“Kegiatan ini terbuka untuk umum, siapapun boleh membeli, termasuk orangtua, ada yang melihat anaknya yang ikut berjualan atau menjemput, bisa sekalian lihat-lihat dan beli juga,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar