Sukitem seorang nenek yang diperkirakan berusia 100 tahundisambangi oleh tim Rumah Yatim Lampung, Selasa (22/11). Nenek yang tinggal di Desa Semanas, Bakauheni, Lampung Selatan ini tinggal sebatang kara tanpa anak cucu atau keluarga lainnya. Sukitem ialah salah satu dari sekian banyak mustahiq yang sangat layak dibantu diringankan dalam menopang hidup sehari-hari.
Ketika Kepala Cabang Lampung Herman dan Kepala Asrama Hendy meninjau, janda tua ini mendiami sebuah rumah sempit berukuran 4m x 6m. Tampak luar kondisi bangunan tidak terawat dengan dinding yang terbuat dari bilik menganga di beberapa bagian. Atap dari genting mulai bergeser dan sebagian tidak menutup bagian atas.
Melangkah ke bagian dalam rumah, kondisinya jauh lebih menyedihkan membuat tempat tinggal nenek yang sudah renta ini jauh dari kata pantas untuk disebut rumah tinggal. Perasaan sedih merayap manakala apa yang nampak begitu mengenaskan.
Nyaris seperti (maaf) kandang hewan, bau apak udara lembab meruap menusuk hidung. Pencahayaan alami yang minim hanya yang menembus dari celah-celah bilik, tanpa ventilasi. Cuma lubang-lubang di atas dinding saja jadi laju keluar masuknya udara setiap harinya.
Hendy mengakui cukup mengalami kesulitan ketika ia ingin bertemu Sukitem. Ia sempat menolak bertemu dan enggan keluar rumah.
Namun, seorang tetangga Sukitem bersedia membantunya untuk membujuk Sukitem keluar rumah. beserta rt setempat yang menunjukkan jalan, akhirnya Sukitem besedia diajak berbicara. Faktor usia dan lamanya kesendirian membuatnya tidak menyadari dengan kehadiran orang sekitar yang mengajaknya berkomunikasi.
“Pendengarannya masih baik memang, penglihatan juga masih baik, Cuma kalau bicara, kadang nyambung, kadang tidak, fisiknya agak lemah, waktu saya kesana ia sulit berdiri jadi harus dipapah atau pegangan,” ucap Hendy.
Ibu dari 7 orang anak dan nenek 20 cucu ini mengaku anak-anaknya tinggal sudah jauh berpisah dengan keluarganya masing-masing. Hingga kini tak satu pun anaknya datang menjenguk dan memperhatikan keadaannya. Hanya belas kasih dari tetangga saja yang peduli datang padanya, dengan memberikan makanan.
Seperti salah satu tetangganya yang mendampinginya saat berbincang-bincang. Santunan berupa uang ini diserahkan langsung pada Sukitem yang disaksikan rt setempat. Mengenai penggunaannya, uang tersebut akan dibelanjakan kebutuhan kesehariannya oleh tetangga yang selama ini membantunya.
Namun, sempat Hendy mendapat kabar bahwa salah satu anaknya yang kala itu menjenguk, ingin mengajak Sukitem turut serta bersamanya, tetapi ditolaknya.
Keadaan yang memprihatinkan ini sontak membuat tim Rumah Yatim sedih dan terharu. Hendy mengungkapkan sangat mengambil hikmah dari apa yang disaksikannya. “Ya, ini menjadi pengingat bagi saya pribadi bukan hanya peduli pada mereka yang kekurangan tetapi bagaimana saya berbakti kepada orangtua, ini akan saya jadikan pengalaman berharga yang akan saya bagi kepada anak-anak asuh,” katanya simpatik.
Sebagai mustahiq, nama Sukitem diperoleh dari usulan dari warga di Bakauheni. Kebetulan, Rumah Yatim yang menyasar para calon mustahiq di kawasan selatan Lampung ini kemudian menghimpun data dan segera mensurvey. Untuk selanjutnya, Hendy berniat mengusulkan kembali Sukitem ke pihak manajemen untuk kembali diberikan bantuan.
Sukitem melalui tetangganya menyampaikan rasa terima kasih dan syukurnya ada pihak lain yang masih memperhatikannya walau bukan keluarganya.
0 komentar:
Posting Komentar