Rumah Yatim Lampung Santuni 10 Guru Mengaji Lewat Santunan Biaya Hidup
Rumah Yatim cabang Lampung menuntaskan amanahnya menyampaikan santunan biaya hidup bagi 10 warga mustahiq yang masih berlokasi di Kelurahan Totohardjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan. Menurut Kepala Asrama Kedaton Hendy, santunan biaya hidup ini khusus ditujukan untuk para guru mengaji yang secara ikhlas mengajar tanpa dibayar.
Mereka berasal dari 3 rt yang terhimpun setelah didata. Saat menyerahkan santuanan, masing-masing ketua rt ikut hadir dan mendampingi mereka yang menerima bantuan berupa paket sembako dan uang tunai.
“Kami katakan kepada pihak rt, kalau bantuan ini mungkin belum menjangkau banyak mustahiq dan jumlah yang diberikan masih belum mencukupi, namun pihak rt justru menanggapi dengan terbuka dan senang hati karena Rumah Yatim dapat membantu warganya. Justru berharap ingin Rumah Yatim dapat membantu warga disana, termasuk anak-anak dalam membaca Al Quran,” ujar Hendy.
Rasa syukur dan hamdalah terucap dari para mustahiq yang sehari-hari mengisi waktunya dengan kerja sampingan seperti jadi buruh tani atau pedagang kecil. Hendy menyampaikan, mereka memanfaatkan bantuan ini juga untuk membeli alat tulis dan lainnya yang menunjang selama mereka mengajar.
Salah satu kenyataan yang ditemui Hendy ketika berada di lokasi, kitab Al Quran yang mereka miliki umumnya sudah usang, lusuh, dan tampak robek di beberapa halamannya. Hal ini membuatnya ingin membantu dengan memberikan Al Quran baru.
“Kami sebelumnya memberikan Al Quran yang masih baru, berikutnya jika ada kesempatan lagi, kami berikan untuk di sini, karena bagi mereka memiliki Al Quran baru yang berkondisi baik pun masih kesulitan, mudah-mudahan ke depan kami bisa buat wakafnya,” imbuh Hendy.
Lokasi yang mengharuskan timnya menempuh jarak jauh dalam waktu 3 jam. Letaknya yang berada di pelosok selatan Lampung ini memang diketahui minim akses pendidikan termasuk pendidikan agama.
“Kalau yang kami datangi itu termasuk masih terlihat masjid dan langgar ya, selebihnya sudah jarang, makanya di sini sedikit sekali guru mengaji, padahal menurut rt setempat banyak warga yang membutuhkan untuk belajar, selain mereka minta untuk anak mereka, para orangtua (dewasa) tidak sedikit yang ingin belajar mengaji,” ungkap Hendy.
Selebihnya dari wilayah tersebut jarang sekali dijumpai langgar (mushola) atau masjid, umumnya kepala keluarga di sana masih suka berburu hewan liar dengan menggunakan anjing. Mayoritas lahan disana diketahui banyak perkebunan dan hutan. Yang menyebabkan kegiatan perburuan pun, termasuk perburuan liar hewan langka masih terjadi.
“Ketika berdialog kami dapati cerita seperti ini, dan untuk membantu mereka dan mendatangkan guru tentu harus dengan melakukan banyak persiapan ekstra ya, dan ini harus melalui persetujuan manajemen pusat,” katanya.
Melihat kondisi seperti ini Hendy sangat berharap suatu saat mereka tak hanya dibantu diringankan biaya hidupnya saja. Menyadari apa yang ditemui di sana terdapat sebuah wacana besar yang ingin diwujudkan kelak bersama Rumah Yatim, yaitu memberdayakan warga mulai dari anak-anak dengan pendidikan, dan pemberantasan buta Al Quran.
0 komentar:
Posting Komentar